Ketika Orang Kafir Ingin Menguasai Kami |
Bismillah . .
Kita telah masuk di zaman ketika pemimpin-pemimpin kafir sedang berusaha menjadi pemimpin kaum Muslimin. Seringkali mereka melontarkan pertanyaan :
"Lebih baik mana, Pemimpin Muslim yang dzolim atau pemimpin Kafir yang adil ?"
Menurut saya itu adalah pertanyaan yang tidak adil. Kenapa tidak adil ?
Ya kerena ada 2 jenis pemimpin yang tidak disebutkan atau ditanyakan. Yaitu pemimpin Kafir yang Dzolim dan pemimpin Muslim yang Adil. Justru itu membuktikan bahwa orang yang bertanya seperti itu adalah orang yang tidak adil. Karena hanya menyebutkan 2 jenis pemimpin saja.
Perlu kita ketahui, bahwa Pemimpin Muslim yang Adil itu masih banyak. Kenapa jka yang Muslim Adil saja masih banyak, ngapain cari yang lain ? Kan aneh ?
Mau pemimpin yang terbaik ? Gak usah bingung. Tinggal pilih saja pemimpin Muslim yang Adil. Masih banyak kok.
Dan ada juga dari kalangan orang-orang kafir yang bertanya :
"Kenapa kalian umat Islam tidak mau jika dipimpin oleh kami ? Kami dari dulu sampai saat ini mau-mau saja jika dipimpin oleh umat Islam. Tapi sekarang kok kalian tidak mau jika kami yang memimpin umat Islam ?"
Maaf tapi menurut pendapat saya kenapa kami umat Islam tidak mau dipimpin oleh orang kafir ialah karena jika orang kafir yang memimpin kami maka ia akan mementingkan kelompoknya sendiri dan tidak memikirkan kepentingan umat Islam. Tidak mementingkan hak-hak umat Islam.
Jika kalian mementingkan hak atau kepentingan umat Islam. Maka tidak seharusnya kalian merusak aqidah kami. Dengan apa ? Misal :
Dengan kalian memaksa kami untuk bercampur baur dengan lawan jenis. Itu hak kami umat Islam. Itu kewajiban kami umat Islam. Itu kewajiban kami unutk tidak bercampur baur dengan lawan jenis tanpa adanya batasan dan udzur yang syar'i. Untuk kewajiban kami yang harus kami jalankan agar tidak mendapat dosa dan siksaan.
Jika kalian memntingkan hak kami maka jangan kalian pakasa kami untuk bercampur baur.
Dengan memaksa kami untuk tidak membawa urusan agama dalam masalah kebersamaan.
Jika anda sekalian melakukan hal tersebut, maka sungguh anda tidak mementingkan hak kami. Sungguh anda tidak mementingkan kewajiban kami untuk mengaplikasikan agama disetiap kehidupan kami. Allah telah memerintahkan kami untuk mengatur semua urusan dunia dari yang terbesar sampai yang terkecil dengan Islam. Dengan agama kami.
Jika anda sekalian menghalangi kami untuk berbicara agama dalam setiap hal, Maka itu membuktikan bahwa benar pemimpin kafir tidak mementingkan kepentingan dan hak umat Islam.
Dengan kalian menghalangi kami berdakwah, dengan kalian mengahalangi kami mendidik umat kami dengan cara kami. Dan memaksa kami mengikuti cara anda untuk mendidik umat kami. Maka itu bagian dari menghalangi kepentingan umat Islam yang diwajibkan berdakwah dengan aturan Islam.
Dengan kalian memaksa kami untuk memilih pemimpin kafir untuk memimpin umat Islam. Maka kalian telah menghalangi kami untuk melaksanakan hak kami. Kalian telah menghalangi kami untuk melaksanakan kewajiban kami. Kalian telah menghalangi kewajiban kami
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi auliya bagimu; sebahagian mereka adalah auliya bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi auliya, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim” (QS. Al Maidah: 51)
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini: “Allah Ta’ala melarang hamba-Nya yang beriman untuk loyal kepada orang Yahudi dan Nasrani. Mereka itu musuh Islam dan sekutu-sekutunya. Semoga Allah memerangi mereka. Lalu Allah mengabarkan bahwa mereka itu adalah auliya terhadap sesamanya. Kemudian Allah mengancam dan memperingatkan bagi orang mu’min yang melanggar larangan ini Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim“” (Tafsir Ibni Katsir, 3/132).
Lalu Ibnu Katsir menukil sebuah riwayat dari Umar bin Khathab,
“Bahwasanya Umar bin Khathab memerintahkan Abu Musa Al Asy’ari bahwa pencatatan pengeluaran dan pemasukan pemerintah dilakukan oleh satu orang. Abu Musa memiliki seorang juru tulis yang beragama Nasrani. Abu Musa pun mengangkatnya untuk mengerjakan tugas tadi. Umar bin Khathab pun kagum dengan hasil pekerjaannya. Ia berkata: ‘Hasil kerja orang ini bagus, bisakah orang ini didatangkan dari Syam untuk membacakan laporan-laporan di depan kami?’. Abu Musa menjawab: ‘Ia tidak bisa masuk ke tanah Haram’. Umar bertanya: ‘Kenapa? Apa karena ia junub?’. Abu Musa menjawab: ‘bukan, karena ia seorang Nasrani’. Umar pun menegurku dengan keras dan memukul pahaku dan berkata: ‘pecat dia!’. Umar lalu membacakan ayat: ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim‘” (Tafsir Ibni Katsir, 3/132).memilih pemimmpin Muslim untuk menjadi pemimpin umat Islam.
Jika kalian benar-benar mementingkan kepentingan dan hak kami, maka jangan paksa kami untuk memilih pemimpin kafir.
Namun jika pemimpin Muslim yang memimpin. Insya Allah kami ditugaskan untuk melindungi segenap masyarakat yang ada. Dan kami tidak akan menggangu kepentingan orang-orang kafir.
Dan jika kalian tetap memaksa dan melakukan segala cara untuk memimpin kami, menguasai kami. Maka sungguh itu tidak akan berhasil. Karena semakin kalian menekan kami, maka kami akan semakin kuat. Walaupun sekarang anda sekalian sudah merasa berhasil karena telah menjadi pemimpin. Maka sungguh kalian tidak mengetahui kekuatan aqidah dan jihad kami. Semoga Allah membalasnya.
Wallahu A'lam Bishowab.
Maaf jika banyak salah kata. Dan saling mengingatkanlah jika ada kesalahan.
Jazakumullahu Khairan.
Penulis : Sofian Slamet Utomo
ConversionConversion EmoticonEmoticon